Little they know-cerpen
Assalau'alaikum wr. wb
Ini aku bawa cerita lagi, semoga ada yang baca.
Little
They Know
Mentari telah menapakkan jati dirinya dengan
menunjukkan sinar tajamnya yang tengah berusaha menembus tirai salah satu kamar
di kota padat penduduk ini. Sedangkan sang insan masih nyaman bergelung dengan
kenyamanan dan kehangatan singgahsananya. Menghiraukan deringan alarm yang
senantiasa bernyanyi dengan senang hati untuk membangunkan sang pemilik, sampai
sebuah suara langsung menarik sang insan terangun dari kenyamanannya.
’Brak?!!’ suara pintu kamar yang sengaja di buka
dengan keras telah membangunkan sang pemilik ruangan tersebut.
“Ahh!! Bisa tidak kau matikan alarm sialan
itu Yuki?! Kau tau kan jika sekarang masihlah sangat pagi?!” omel seseorang
yang dengan beraninya membuka paksa kamarnya.
“Aku bahkan baru sadar jika alarmku itu
menyala, setelah mendengar kau yang dengan sangat sopannya memasuki kamarku?!
Dan perlu kau tau, kau itu harus berangkat kuliah jika kau lupa Rein?!” sindir
gadis bernama Yuki tersebut seraya bangkit dari kasur kesayangannya dan
melangkah menuju kamar mandi setelah mematikan alarmnya.
“Apa maksudmu?! Kau kira aku pelupa Eoh?! Dan
kau pun harus berangkat sekolah asal kau tahu” ujar pemuda bernama Rein
tersebut saat melihat Yuki masuk ke dalam kamar mandi dan meninggalkannya
sendiri di kamar milik Yuki.
Merasa di abaikan, Rein memilih untuk keluar
dari kamar Yuki dan menuju kamarnya sendiri untuk bersiap berangkat ke
kampusnya.
20 Menit
kemudian
Yuki telah keluar dari kamar mandinya dan
juga dengan pakaian santainya serta wajah segarnya yang sangat tampak jika dia
telah melakukan ritual paginya. Yuki memilih untuk keluar menonton televisi
setelah mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas bersebelahan dengan
kasurnya.
Beberapa menit fokus menonton serial kartun,
Yuki di kagetkan dengan sebuah teriakan yang sangat di hapalnya.
“Hei pendek?! Apa kau tidak pergi ke sekolah
hah?!” siapa lagi jika bukan Rein yang tengah berada di rumah ini. Orang tua
mereka tengah bekerja di luar kota.
Sebenarnya, Rein adalah kembaran dari Yuki.
Namun, mungkin karena otak Rein yang terlalu luar biasa. Dia bisa melompati
beberapa kelas, dan berakhir sekarang dia menjadi seorang mahasiswa tingkat awal. Sedangkan Yuki masihlah kelas 2 SMK. Yuki memilih SMK karena dia ingin
meningkatkan bakatnya dan lagi, lulusan SMK bisa langsung mendapat pekerjaan
tanpa harus kuliah terlebih dahulu. Dia tidak ingin kuliah karena cerita Rein
dan hal lainnya.
“Maaf nih sebelumnya, tapi mulai hari ini aku
mendapatkan libur semester jika kau lupa” ujar Yuki santai dan memilih untuk
melanjutkan acara menonton serial kartun favoritnya.
“Aish! Mengapa hanya kau yang mendapatkan
liburan? Aku kan juga membutuhkan liburan” keluh Rein yang duduk di sebelah
Yuki sembari memakan keripik kentang yang ada di pangkuan Yuki.
“Mengapa kau malah mengadu padaku? Tanyakan
saja pada dosenmu sana?!” usir Yuki dengan mendorong tubuh bongsor kembarannya
itu. Jika ada orang yang melihat, mereka akan berkata ‘aneh’.
“Apa mereka akan mendengarkanku?” tanya Rein
menatap lurus kedepan. Yuki tak menjawabnya. Ia hanya diam memikirkan sesuatu
yang mengganjal hatinya.
“Hei! Sudah jam berapa sekarang? Kau akan
terlambat kuliah?! Cepatlah berangkat dan jangan mengecewakanku?!” teriak Yuki
mengalihkan perhatian Rein sembari mendorongnya untuk keluar rumah.
“Aish!! Kau tau kan jika aku masih memiliki
kaki dan masih berfungsi?!” seru Rein tak terima saat Yuki masih saja mendorong
tubuhnya sampai ke depan pintu.
“Sudahlah, cepat sana berangkat sebelum kau
terlambat dan di omeli lagi oleh dosen pembimbingmu. Lalu berakhir kau yang
menangis nangis di depanku!” ujar Yuki sambil berkacak pinggang layaknya
seorang ibu yang memarahi anaknya.
“Aish! Iya iya, aku berangkat?!” ujar Ren
yang kemudian berjalan keluar dari halaman rumah yang luas. Yuki memandang
punggung itu, sampai perlahan bayangannya menghilang.
‘Cklek!’ Yuki menutup bahkan mengunci pintu rumahnya,
terduduk lemas dan bersandar pada pintu sembari membenamkan wajahnya pada
lututnya. Menangis meraung raung, dan tak ada yang bisa menenangkannya saat
ini.
“Selalu saja
seperti ini!” gumamnya di sela sela isak
tangisnya yang semakin lama semakin reda namun masih menyisahkan isak pilu yang
terdengar pelan.
‘Ting!’
ponsel Yuki berbunyi menandakan adanya pesan masuk yang di terimanya.
Mommy
Yuki sayang,
Mommy minta maaf yah nak
karena
meninggalkanmu sendirian.
Bagaimana kabarmu hari ini?
Dan Mommy
juga minta maaf sekali lagi karena
hari ini
Mommy dan Papa tak bisa pulang
untuk
memperingati hari
kematian Rein.
kematian Rein.
Mommy dan
Papa menyesal nak.
It’s okay Mom. I’m fine
Send
Ya. Hari ini adalah peringatan kematian
saudara kembarnya, Rein. Dia meninggal 2 tahun lalu karena kecelakan mobil
bersama kedua orang tuanya saat mereka hendak menghadiri acara pentas seni di
sekolah Yuki untuk melihat penampilan Yuki di pentas itu.
Tak ada yang pernah tau bagaimana kelanjutan dari sebuah takdir. Kedua orang tuanya selamat, namun Rein dinyatakan tewas karena kehabisan terlalu banyak darah dan sialnya golongan darah milik Rein adalah golongan darah yang sangat jarang di sediakan oleh bank darah.
Tak ada yang pernah tau bagaimana kelanjutan dari sebuah takdir. Kedua orang tuanya selamat, namun Rein dinyatakan tewas karena kehabisan terlalu banyak darah dan sialnya golongan darah milik Rein adalah golongan darah yang sangat jarang di sediakan oleh bank darah.
Seperti setiap tahun, Rein selalu hadir di
hari kematiannya dan itu selalu bertepatan dengan orang tuanya yang tak pernah
berada di rumah. Selalu ada hal menyibukkan mereka saat hari itu tiba. Rei
selalu hadir seperti pagi ini.
Meskipun Yuki memasang alarm dengan suara yang pelan, Rein tetap akan datang dengan mendobrak pintu kamar Yuki lalu mengomeli Yuki untuk mematikan alarmnya, berdebat dengan menyuruh Rein segera berangkat Kuliah lalu berakhir menangis setelah kepergian Rein yang dan tak kembali lagi kerumah itu
Meskipun Yuki memasang alarm dengan suara yang pelan, Rein tetap akan datang dengan mendobrak pintu kamar Yuki lalu mengomeli Yuki untuk mematikan alarmnya, berdebat dengan menyuruh Rein segera berangkat Kuliah lalu berakhir menangis setelah kepergian Rein yang dan tak kembali lagi kerumah itu
Tak ada yang tau tentang hal ini. Mereka tak
ada yang tau dan bahkan tak ada yang peduli. Hanya Yuki yang tau dan hanya dia
yang peduli.
~The End~
Aduh, semoga klin suka. Entahlah, aku tiba tiba dapet ide buat cerita ini. Makasih udah mau mampir.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Komentar
Posting Komentar