Delicious-creepypasta

Assalamu'alaikum wr. wb.

Up lagii~


☆☆☆☆☆

Aku ingin bertanya kepada kalian. Apa di tempat kalian tinggal, kalian memiliki tetangga? Ah, pertanyaan macam apa yang aku tanyakan ini? Hahaha

Tapi aku serius. Sebenarnya, aku bukanlah orang yang suka dengan keramaian. Itu membuatku sedikit emosional.

Dan sepertinya para tetangga juga tak terlalu peduli dengan sikapku. Mereka hanya akan membicarakan pendapat mereka tentangku kepada teman teman mereka. Membicarakan sesuatu yang buruk pastinya.

Selama ini mereka menganggap diriku adalah teroris atau bahkan pembunuh berantai, tapi itu tidak benar. Aku hanya gadis yang suka memasak makanan berbahan daging, kau tahu.

Tapi ada yang berubah. Sejak ada keluarga yang pindah ke rumah sebelah, kebiasaanku jadi berubah. Entah keberanian apa yang dimilikinya, tapi salah satu anak perempuan dari keluarga tersebut dengan sumringah dan ada sesuatu di tangannya datang dan berdiri di depan pintu rumahku.

Yah, meskipun aku tak suka bergaul. Tapi aku masih mengerti bagaimana memperlakukan seorang tamu, meski aku tak ingin menerimanya. Meski tak menutupi jika aku tak suka diganggu.

1

2

3

'Ting! Tong!'  Sudah kuduga.

Aku pun berjalan menuju pintu dan membuka pintu tersebut. Yang pertama kali kulihat adalah wajahnya yang selalu menunjukkan senyum yang lebar. Tidak kah dia lelah?

Aku hanya memasang wajah datar dan menunggu dia mengutarakan niatnya datang ke rumahku dan mengacaukan hari ku.

"Hai! Aku Novi, salam kenal! Aku tetangga barumu, dan kami tinggal tepat di sebelah rumahmu" ujarnya dengan sangat antusias, dan membuatku sedikit terganggu. Dia cerewet dan berisik. Aku benci itu.

"Ya, lalu?" Aku pun bertanya tujuannya, meski aku sudah bisa menebaknya.

"Aku kesini untuk menyapa tetangga baru dan juga memberikan sedikit makanan untuk di berikan!" Ujar nya dan menyerahkan sebuah kotak berwarna kuning pastel.

"Ah, terimakasih" jawabku ingin menutup pintu saat gadis itu hendak pergi. Dan kemudian aku teringat, jika nanti aku harus mengembalikan kotak ini.

"Tunggu!" Aku memanggilnya untuk mengembalikan kotak tersebut. Tapi tentu aku harus mengisinya dengan sesuatu dulu. Akan aku pikirkan.

Gadis itu berbalik dan menatapku seakan bertanya 'ada apa?'

"Bisa kau bawa sekalian kotaknya? Aku tidak ada waktu untuk mengembalikannya ke rumahmu" ucapku. Ini adalah kalimat terpanjang saat aku berbicara dengan orang lain.

"Baiklah" ujarnya dan kemudian berjalan mendekat dan duduk di kursi depan.

Aku berjalan menuju dapur untuk mengeluarkan makanan darinya tadi dan menggantinya. Membuka lemari pendingin dan menemukan steak yang aku buat tadi pagi. Aku memilih menggantinya dengan steak itu. Setelah kurasa cukup, aku pun segera berjalan ke depan dan memberikan kotak itu. Setelahnya dia pergi.

Aku kembali ke dapur untuk mencicipi masakan darinya tadi. Memasukkan sepotong daging ke dalan mulutku. Euh...

Daging sapi.

Hufftt... Aku tak menyukai rasa dari daging biasa. Aku memilih membuangnya di tempat sampah yang ada di sebelahku. Memilih untuk mengambil daging di kulkas dan mengolahnya untuk makan siang sebentar lagi.

16:46 

Aku sedang bersantai ditemani cemilan yang ku beli kemarin malam. Fokus ke film thriller sampai suara bel rumahku berbunyi.

"Shit! Pengganggu" umpatku pelan saat melihat tetangga baru itu sedang berdiri di depan pintu, menungguku membuka pintu.

Aku pun membuka pintu tersebut dan langsung melihat wajah sumringah gadis itu. Aku hanya menatapnya datar, berharap dia segera pergi.

"Hai lagi! Apa kabar? Oh iya, aku belum mengetahui namamu?" Ujarnya dengan ceria. Aku muak melihatnya.

"Kill" sahutku singkat. Aku terlalu malas untuk meladeni orang yang cerewet.

"Oh Kill? Nama yang unik! Dan oh ya, aku ingin bertanya. Daging apa yang kau gunakan untuk steak yang kau kerikan padaku tadi siang? Rasanya sangat enak. Tidak keras dan rasanya gurih. Apakah daging babi?" Tanyanya panjang lebar. Aku tersenyum miring tanpa dia ketahui.

"Kau mau masuk? Akan kuberi tahu daging apa itu" ujarku sedikit membuka jalan untuknya yang mengangguk. Aku berjalan menuju dapur dan gadis itu mengikutiku.

"Duduklah di meja makan. Sebentar lagi akan aku beritahu" ujarku masih mempertahankan senyum miring yang tak dapat dia lihat.

Aku mengambil pisau tajam yang tadi sudah ku asah. Berjalan mendekatinya dan berdiri di belakangnya. Mengarahkan pisau tersebut pada lehernya.

"A-apa yang k-kau lakukan??" Tanyanya dengan suara bergetar ketakutan. Aku suka momen seperti ini. Aku menenangkannya dengan berkata......

"Kau bilang ingin tahu, daging apa yang ku buat steak"

☆☆☆☆☆

End~

Selesai deh ceritanya. Semoga suka. Kalo kurang sadis, bilang yah:')

Sekian, wassalamu'alaikum wr. wb.

Komentar

Postingan Populer