Script - Naskah cerita
SCRIPT – "Tak Terduga"
Pemeran
:
1.
Fino
> Tokoh utama.
2.
Marzi
> Ayah Fino.
3.
Marry
> Ibu Fino.
4.
Roni
> Sahabat Fino.
5.
Suci
> Teman sekelas Fino.
6.
Farhan
> Teman sekelas Fino.
7.
Ren
> Rival Fino.
8.
Pak
Rahmat > Waka Kesiswaan.
9.
Pak
Ahmad > Wali kelas Fino.
10.
Mbk
Rini > Penjaga perpustakaan.
11.
Pak
Doni > Rektor Universitas.
12.
Pak
Yadi > Tetangga Fino.
NASKAH
1.
Scene
I > INT >> Dalam perpustakaan, pagi 06.00, sepi; Fino & mbk Rini
(Fino
berjalan mengelilingi setiap bilik buku, mencari buku yang ia inginkan. ia
mendapatkan 3 buku lalu membawanya pada meja penjaga perpustakaan. Memberikan
buku buku itu pada mbk Rini)
Mbk Rini : “Langganannya perpus udah ada disini aja,
pagi pagi”
(Mbk
Rini mengambil 3 buku itu, mencatatnya lalu memberi stempel pada kartu pinjaman
sebelum kemudian diberikan kepada Fino)
Fino : “Iya nih mbk, bulan depan ada olim
soalnya”
Mbk Rini : “Semangat ya belajarnya”
(Mbk
Rini memberi kepalan tangan, menyemangati, sedangkan Fino yang melihatnya
tertawa kecil lalu memberikan sikap hormat)
Fino : “Siap mbk! Kalo gitu Fino permisi ya
mbk”
Mbk Rini : “Sip deh”
(Fino
sedikit membungkuk pada Mbk Rini sebelum keluar dari perpustakaan)
2.
Scene
II > EXT >> Dilorong, depan mading, sepi; Fino.
(Fino
berjalan menuju mading saat dirinya tak sengaja mendapati sesuatu yang sangat
menarik perhatiaannya. Tepat di posisi paling atas, dengan desain yang
mencolok. Itu berisi pengumuman tentang terbukanya kesempatan daftar untuk
mendapatkan beasiswa)
Fino : “Ini program baru ya? kok selama ini
nggak pernah denger”
(Fino
kembali membaca pengumuman tersebut dengan teliti)
Fino : “Daftarnya ke Pak Rahmat ya?”
(Fino
melirik jam tangan miliknya lalu menatap kearah sekitar)
Fino : “Kayaknya Pak Rahmat udah dateng deh”
(Fino
memutar arah untuk pergi menuju kantor guru yang berada tak jauh dari arah
perpustakaan)
3.
Scene
III > INT >> Kantor guru, sepi ; Pak Ahmad & Fino.
(Fino
mengetuk pintu 3 kali)
Fino : “Assalamu’alaikum”
(Pak
Ahmad yang awalnya fokus pada dokumen dihadapannya kemudian menatap Fino yang
berjalan mendekat ke arahnya)
P.Ahmad : “Wa’alaikumsalam”
(Fino
menyalimi Pak Ahmad)
Fino : “Pak Rahmatnya sudah datang, pak?”
P.Ahmad : “Udah, baru aja dateng. Mau daftar ya?”
(Fino
tersenyum)
Fino : “Iya pak”
P.Ahmad : “Bapak yakin kamu bisa”
(Fino
menatap haru pada Pak Ahmad. Beliau memanglah orang yang memiliki hati yan
tulus)
Fino : “Makasih pak. Kalau begitu saya
permisi pak”
P.Ahmad : “Iya”
(Fino
berjalan memalui Pak Ahmad dengan menundukkan badannya)
4.
Scene
IV > INT >> Depan meja pak Rahmat; Pak Rahmat & Fino.
(Fino
berjalan mendekat menuju meja Pak Rahmat dengan perlahan, lalu berdiri tak jauh
dari sana)
Fino : “Permisi pak”
(Pak
Rahmat melirik Fino sekilas, lalu melepas kacamata yang ia pakai utnuk membaca
dokumen dihadapannya. Terlihat beliau tampak menghela nafas pelan)
P.Rahmat: “Duduk
sini”
(Fino
mengangguk pelan. Ia menarik kursi dihadapannya lalu perlahan duduk)
Fino : “Pak, saya mau-”
P.Rahmat:
“Daftar kan? Bentar”
(Pak
Rahmat bangkit dari duduknya, berjalan menuju lemari kecil di ujung ruangan
lalu kembali pada tempatnya)
P.Rahmat: “Nama
lengkap kamu?”
Fino : “Firendra Norendy”
(Pak
Rahmat menulis nama Fino pada sebuah file berkas. Setelah selesai, beliau
menatap Fino tanpa ekspresi)
P.Rahmat:
“Syarat pertama biar bisa daftar, nilai kamu selama ini harus di atas rata
rata. Jadi perlu di periksa dulu. Udah, kamu boleh kembali”
(Fino
mengulum bibirnya urung bertanya saat melihat Pak Rahmat kembali fokus pada
dokumen yang ia kerjakan)
Fino : “Saya permisi pak”
(Fino
undur diri saat melihat tidak ada tanda tanda balasan dari Pak Rahmat)
5.
Scene
V > INT >> Di kantor guru; Pak Ahmad & Fino.
(Fino
melangkah perlahan menuju pintu keluar, ia berjalan membungkuk saat hendak
melewati meja Pak Ahmad)
Fino : “Pak Ahmad, saya permisi ya pak”
(Pak
Ahmad menatap Fino lalu tersenyum ramah)
P.Ahmad : “Iya Fin, yang semangat ya belajarnya”
Fino : “Iya pak, Assalamu’alaikum”
P.Ahmad : “Wa’alaikumsalam”
6.
Scene
VI > EXT >> Dilorong, ada beberapa siswa
(Fino
melangkah dengan langkah santai, sesekali membalas sapaan dari beberapa teman
seangkatannya atau bahkan adik kelasnya)
7.
Scene
VII > INT >> Didalam kelas Fino; Roni, Fino & Mawar.
(Didalam
kelas, sudah ada Roni. Teman sebangku nya tengah duduk bersila di atas kursi
dengan ponsel yang di miringkan. Ada juga Suci, gadis yang duduk tepat didepan
bangkunya. Suci juga bermain ponsel. Fino melangkah menuju tempat duduknya
melewati Suci. Suci sejenak berhenti bermain ponsel dan menoleh menatap Fino
saat ia telah duduk)
Fino : “Kenapa Ci?”
(Suci
melirik 3 buku paket yang ada di atas meja Fino)
Suci : “Mau ikut olim ya Fin?”
(Finoikut
melirik buku buku itu lalu mengangguk pelan)
Fino : “Bulan depan ada Olim Fisika”
(Suci
mengangguki pelan, ia mengepalkan tangannya seakan memberi semangat)
Suci : “Semangat Fin! Kami semua selalu
dukung lo!”
(Fino
tertawa kecil lalu mendudukkan dirinya sebelum membalas ucapan semangat oleh
Suci)
Fino : “Makasih semangatnya Ci”
Suci : “Nggak masalah itu mah”
8.
Scene
VIII > EXT >> Dikantin, ramai, 10.15; Roni & Fino.
(Fino
dan Roni sedang menikmati makanan mereka. Fino memesan nasi goreng dengan minum
es jeruk dan Roni memesan soto dengan minum es teh)
Roni : “Eh Fin, gue denger si Ren juga bakal
daftar beasiswa”
(Fino
menghentikan kegiatannya makan. Ia mengambil
minumnya untuk diminum sebelum bertanya pada Roni)
Fio : “Ren siapa?”
Roni : “Ituloh, anak kesayangannya pak
Rahmat. Yang pernah ikut olim nasional”
(Fino
mengangguk mengerti kemudian kembali memakan makanannya sementara Roni
menatapnya kaget)
Roni : “Lo nggak khawatir Fin?”
(Fino
menggeleng membalas pertanyaan Roni. Fino menyeruput sedikit es jeruknya lalu
menjawab)
Fino : “Nggak penting takut atau enggak,
yang penting itu niat, usaha sama ikhtiar Ren. Kalo emang rezeki sayaya
alhamdulillah, kalo nggak ya mungkin lain waktu”
(Roni
menatap kagum pada Fino yang kembali menikmati makanannya, bahkan ia bertepuk
tangan pelan)
Roni : “Wah keren banget lo Fin! Nggak salah
gue temenan sama lo”
9.
Scene
IX > EXT >> Halte bus, sore
14.30, suasanan sepi; Fino & Ren.
(Fino
duduk di kursi halte dengan tenang, sesekali ia melirik jam tangannya untuk
memeriksa berapa lama lagi bus akan datang. Sampai sebuah motor berhenti
didepannya dan sang pengendara membuka helm hitam miliknya)
Ren : “Lo yang namanya Fino?”
(Fino
yang ditanya seperti itu menatap Ren itu bingung, namun tetap mengangguk membenarkan)
Ren : “Mending lo nyerah dari sekarang
deh, gue gak level saingan sama lo”
(Fino
menatap Ren itu semakin bingung dan juga sedikit kesal)
Fino : “Kamu siapa kok nyuruh saya nyerah?
Emang kamu yakin bakal berhasil?”
(Ren
menatap remeh Fino yang terlihat kesal”
Ren : “Pasti lah gue yang menang. Gue
pernah ikut olimpiade nasional, asal lo tau”
(Fino
mengernyit kesal melihat kepercayaan diri pemuda dihadapannya)
Fino : “Ikut doang kan, nggak menang? Itu
nyogok juga bisa. Misi, saya mau pulang”
(Bersamaan
dengan ucapan Fino, Bus tumpangan Fino pun akhirnya datang. Mengabaikan Ren
yang terkejut dengan ucapannya, ia bangkit untuk naikbus tersebut)
Ren : “AWAS LO FIN! GUE TANDAIN LO!”
10.
Scene
X > INT >> Rumah Fino, meja makan, malam 19.00; Marzi, Marry & Fino.
(Suasana
dimeja makan hening. Hanya terdengar dentingan sendok bertemu piring. Setelah
semua selesai makan, Marry bangkit untuk mengambil piring sang suami dan sang anak untuk ia
cuci. Marzi dan Fino bangkit dari duduknya lalu keduanya berjalan menuju ruang
tengah untuk menonton televisi sembari bercerita. Marry yang telah selesai
dengan urusannya pun ikut duduk di tengah tengah Fino dan Marzi.)
Fino : “Yah, bu. Fino daftar beasiswa. Tapi
belum tau bakal lolos atau nggak”
(Marry
memeluk Fino erat saat melihat tatapan Fino berubah sendu. Marry juga mengusap
pelan surai Fino, mencoba memberi kekuatan dan ketenangan. Marzi pun ikut
mengusap pundak Fino pelan, seakan memberikan dukungan)
Marzi : “Ayah yakin kamu pasti lolos. Percaya sama ayah”
Marry : “Bener apa kata ayah kamu. Nggak usah
mikir yang aneh aneh ya sayang. Ayah sama Ibu bakalan selalu dukung kamu apapun
yang terjadi”
(Fino
memeluk kedua orang tuanya erat. Ia merasa sangat bersyukur memiliki mereka
sebagai keluarganya)
Fino : “Makasih Ayah, Ibu. Fino sayang
banget sama Ayah, Ibu”
M&M : “Kami juga sayang banget sama kamu nak”
11.
Scene XI > INT >> Dilorong depan kelas
Fino, istirahat ke dua 12.45; Roni & Fino.
(Sudah
3 bulan sejak diumumkannya Fino yang lolos dalam pemilihan beasiswa tersebut,
bersama Ren tentunya. Dan selama itu pula Ren selalu mengganggu Fino. Tinggal 2
bulan lagi sebelum ujian kelulusan dan si masa masa ini dirinya sedang tekun
tekunnya belajar)
(Jam
istirahat kedua ini, Fino dan Roni memilih untuk keduanya habiskan didepan
kelas. Duduk di bangku depan kelas sembari menonoton beberapa teman mereka yang
sedang bermain basket)
Roni : “Fin, minggu depan lo jadi ikut olim
biologi?”
Fino : “Iya, kata pak Ahmad bakalan nginep 2
hari”
Roni : “Itu skala nasional kan yah?”
Fino : “Iya. Sekalian buat nambah poin
beasiswa katanya”
(Roni
menoleh menghadap Fino berniat ingin memuji dan memberi semangat, amun urung
saat wajah Fino tampak sedih)
Roni : “Lo kenapa sedih? Seharusnya kan lo
seneng?”
Fino : “Sebenernya saya lagi bingung,
belakangan ini ibu saya ngeluh sakit dan ayah juga kadang harus keluar kota.
Saya takut kalo saya pergi ibu saya kenapa napa”
(Roni
menatap Fino prihatin. Ia menepuk pundak Fino pelan, memberi semangat)
Roni : “Gue nggak pandai ngasih saran ke
orang, tapi gue saranin lu ikutin apa kata hati lu. Gue tau hati lu lebih tau
jalan keluarnya”
12.
Scene
XII > EXT >> Halte bus, pulang sekolah 14.30, sepi; Fino & Ren.
(Fino
tengah menatap sekitar sampai sebuah motor yang sudah ia hafal betul itu
berhenti didepannya dan sang pengendara melepas helm nya)
Ren : “Guetau lo lagi bimbang karena
nyokap lo lagi sakitkan? Udah gue bilang dari awal, nyerah aja udah. kan
simpel?”
(Fino
mengalihkan pandangannya dan tersenyum remeh lalu kembali menatap Ren dengan
tatapan tajam)
Fino : “Saya nggak peduli kamu tau info itu
dari mana,dan mau sampe kapanpun bahkan sampe mulut kamu berbusa pun. saya
nggak bakal nyerah atau bahkan takut sama kamu. Minggir, Saya mau pulang”
(Fino
kembali meninggalkan Ren saat bus datang seperti beberapa bulan lalu)
13.
Scene
XIII > INT >> Didalam rumah, 15.00; Marry & Fino.
(Fino
melepaskan sepatunya lalu masuk kedalam rumah)
Fino : “Assalamu’alaikum bu”
Marry : “Wa’alaikumsalam”
(Marry
datang menyambut Fino dengan senyum lebarnya masih dengan apron yang melekat
pada badannya. Fino menyalimi sang Ibu lalu mengajak beliau untuk kembali
masukke ruang tamu)
Marry : “Kamu
habis ini langsung mandi ya, terus kita makan”
Fino : “Iya bu”
(Marry
hendak kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya)
Fino : “Bu”
(Marry
berbalik menatap Fino yang tiba tiba tampak murung. Ia pun mendekati Fino dan
memeluk tubuh tinggi Fino dengan erat dan sesekali mengusap punggung Fino)
Marry : “Kamu kenapa nak? Ada masalah?”
Fino : “Bu, Fino harus dapet beasiswa itu
atau nggak?”
Marry : “Loh, itukan keputusan kamu nak. Kamu
ikutin keinginan kamu, jangan sampe sia – siain perjuangan kamu. Ibu sama Ayah
bakal selalu dukung jalan yang kamu pilih”
(Fino
melepas pelukan itu lalu melatap Marry bimbang)
Fino : “Gitu ya bu?”
(Marry
tersenyum, ia menangkup pipi Fino lalu memainkannya. sesekali menekannya pelan)
Marry : “Iya anak gantengnya ibu. Semangat ya
merjuangin masa depannya”
(Fino
tersenyum haru lalu kembali memeluk Marry)
Fino : “Iya bu! Makasih ya”
14.
Scene
XIV > INT >> Di rumah Fino, pagi
09.00; Roni, Pak Yadi, Marry & Fino.
(Fino
tengah duduk di sofa depan televisi sembari menunggu jam 10.00 nanti untuk
dirinya berangkat menuju sekolah karena hari ini adalah hari dimana dirinya
akan berangkat untuk mengikuti olimpiade biologi. Saat sedang fokus membaca
soal latihan olimpiade, ponselnya berbunyi. Dan yang menelpon adalah Roni. Fino
pun mengangkat panggilan itu)
Fino : “Ada apa Ron?”
Roni
: “Lo berangkat jam berapa Fin?”
Fino : “Kemarin disuruh ke sekolah jam 10.00
Ron, kenapa?”
Roni : “Oh yaudah, Lo kalo berangkat kabarin
gue ya”
Fino : “Loh, ngapain?”
Roni : “Ntar gue anter”
Fino : “Wah, makasih Ron.Tumben banget kamu
baik gini”
Roni : “Nggak usah ngeledek deh lo”
Fino : (Fino tertawa kecil) “Iya iya, saya becanda”
Roni : “Yaudah gue tutup ya”
(Belum
sempat Fino membalas, terdengar suara sesuatu pecah dan disusul suara sesuatu
yang besar jatuh. Fino berlari menuju dapur dan dapat dilihatnya sang ibu tak
sadarkan diri. Ia langsung menghampiri tubuh Marry, menggendongnya dan
membawanya keluar rumah. Ia memanggil tetangganya, Pak Yadi yang kebetulan
hendak keluar)
Fino : “Pak Yadi, tolong anterinFino ke
rumah sakit pak”
P. Yadi : “Innalillahi, ibu kamu kenapa Fin?”
Fino : “Fino juga nggak tau pak, tadi tiba
tiba Fino denger ibu jatuh dan udah pingsan”
P. Yadi : “Yaudah sini buruan masuk mobil, keburu
kenapa kenapa”
(Fino
pun memasukkan Marry kedalam mobil Pak Yadi hati hati dibantu pleh Pak Yadi,
lalu dirinya masuk lewat sebelah)
Fino : “Makasih pak”
P. Yadi : “Iya udah, cepet kamu pake seatbelt nya.
Bapak mau sedikit ngebut”
15.
Scene
XV > INT >> Kantor guru, tegang, pagi 06.15; Pak Rahmat, Pak Ahmad, Ren
& Fino.
(Fino
tengah menunduk takut saat Pak Rahmat di depannya tengah menatap dirinya marah.
Hari rabu kemarin dirinya tidak mengikuti olimiade itu tanpa kabar, dan karena
itu pula Pak Rahmat saat ini memarahinya. Ren yang berdiri disebelah pak Rahmat
hanya menatap remeh Fino)
P.Rahmat: “Kamu
ini sudah dikasih tanggung jawab kok malah seenaknya gitu sih Fin?! Kan saya
sudah bilang kalo ini juga buat tambah poin kamu!”
(Pak
Ahmad yang berdiri dibelakang Pak Rahmat pun berjalan mendekat, menepuk pundak
Pak Rahmat pelan)
P.Ahmad : “Sudah pak, lagi pula kejadian seperti
kemarin itu bukan kehendak kita. Kita juga tak mengharapkan kejadian seperti
itu”
(Pak
Rahmat menatap Pak Ahmad dengan pandangan tak setuju, dan Pak Ahmad yang
ditatap seperti itu hanya tersenyum. Ren menatap Pak Ahmad tak suka. Pak Rahmat
kemudian menghela nafas pelan lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Fino
yang masih tetap menunduk)
P.Rahmat:
“Baiklah, apa yang dikatakan Pak Ahmad benar. Tapi tetap, kamu mulai skearang
harus jaga sikap kamu. Jangan sampe kamu ngelakuin hal fatal lagi”
(Fino
mengangguk pelan)
Fino : “Iya pak”
P.Rahmat:
“Yaudah kamu kembali ke kelas”
Fino : “Iya pak, permisi”
(Fino
melangkah mundur sembari membungkuk, lalu berjalan menjauh)
16.
Scene
XVI > INT >> Didalam kelas Fino, jam pelajaran (Jam kosong); Siswa,
Roni & Fino.
(Fino
melipat kedua tangannya di atas meja lalu menumpu wajahnya pada lipatan
tangannya. Roni yang duduk disebelah Fino menatap nya dengan pandangan
prihatin)
Roni : “Semangat Fin! Gue tau lo bisa
ngelewatin semuanya”
(Fino
menoleh menatap Roni lalu memberikan senyum tipis)
Fino : “Makasih Ron”
17.
Scene
XVII > EXT >> Jalan menuju halte, minggu siang 07.30; Fino.
(Fino
berlari menuju halte bus. Hari ini ia di suruh Pak Rahmat ke sekolah jam 08.00
karena rektor dari universitas yang memberikan beasiswa akan datang. Beliau
akan memilih satu di antara dirinya dan juga Ren. Ia tengah terburu buru
mengejar waktu, pasalnya ia baru mendapat informasi itu 10 menit yang lalu)
Fino : “Semoga bus nya belum berangkat”
(Fino
semakin mempercepat larinya, dan saat sudah dekat. Bus itu telah melaju
meninggalkan Fino yang baru saja menginjakkan kaki nya di halte. Fino menatap
kepergian bus yang telah jauh itu. Sejenak ia menstabilkan nafasnya lalu
kembali berlari dan sesekali melirik arah jalan raya barang kali ada angkutan
umum atau bus lain)
18.
Scene
XVIII > EXT >> Dipinggir jalan, siang 07.45; Ren, Fino dan Pak Doni.
(Fino
berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Jarak sekolahnya cukup jauh meski ia
telah melewati jalan pintas yang cukup dekat. Sampai sebuah motor berhenti
disebelahnya. Itu Ren. Ia membuka kaca helm nya lalu menatap remeh Fino juga
menatap Ren dengan nafas tersenggal)
Ren : “Liat aja, gue yang bakal dapet
beasiswa itu”
(Fino
tak membalas ucapan Ren. Ia masih mencoba menstabilkan nafasnya. Saat Ren
menyalakan motornya, seorang pria bersetelan rapi –Pak Doni– mendekati Fino dan
Ren yang masih belum berangkat. Menatap Pak Doni bingung)
P. Doni : “Dek, bisa tolong anterin saya ke bengkel
deket sini nggak? Saya nggak tau daerah sini”
(Tak
peduli dengan Pak Doni, Ren meninggalkan
Fino dan Pak Doni)
Fino : “Aduh maaf ya pak, itu tadi temen
saya buru buru. Mari pak, saya antar ke bengkelnya. Nggak jauh dari sini kok
pak”
P. Doni : “Waduh, makasih banyak loh dek. Kalau
begitu ayo ke mobil saya”
(Fino
mengangguk. Ia berjalan mengikuti Pak Doni. Tidak terlalu jauh jarak mobil Pak
Doni dengan tempat Fino berdiri tadi. Saat ini keduanya telah berdiri disebelah
mobil putih milik Pak Doni itu)
Fino : “Ini mogok pak?”
P. Doni : “Oh enggak kok, ini ban nya bocor. Ayo
dek, masuk”
Fino : “Iya pak”
19.
Scene
XIX > INT >> Didalam mobil Pak Doni; Fino & Pak Doni.
(Fino
duduk disamping Pak Doni yang menyetir. Sepanjang perjalanan Fino menatap jalan
didepan dengan gelisah. Sesekali pun ia melirik jam tangannya. Ia tau ia akan
sangat telat dan berkemungkinan ia gagal mendapat beasiswa itu, namun ia akan
menerima apapun keputusan. Lagi pula tak ada penyesalan selama ia melakukan hal
baik. Salah satu nya menolong bapak ini)
P. Doni : “Kamu mau kemana dek? Kok minggu minggu
gini pake seragam”
(Fino
menoleh)
Fino : “Hari ini itu ada acara di sekolah
pak, mangkanya saya di suruh kesekolah”
(Pak
Doni mengangguk paham)
P. Doni : “Nama kamu Fino?”
(Fino
langsung menoleh menatap terkejut Pak Doni)
Fino : “Kok bapak bisa tau??”
(Pak
Doni tertawa kecil)
P. Doni : “Saya baca di nametag kamu, jangan mikir
yang aneh aneh”
Fino : “Oh iya, maaf pak”
(Fino
tertawa kecil menertawakan pikirannya)
P. Doni : “Nah, udah sampe”
(Fino
menatap sekitar, lalu mengernyit saat yang ia dapati adalah mobil Pak Doni
telah terparkir di parkiran sekolahnya)
Fino : “Loh pak, kok ini berhenti di sekolah
saya?”
(Pak
Doni menatap Fino dengan senyum bangga)
P. Doni : “Salam kenal Fino. Saya Pak Doni, calon
rektor kamu”
20.
Scene
XX >INT >>Di dalam aula, tegang; 5 guru, Pak Rahmat, Pak Ahmad, Ren,
Fino & Pak Doni.
(Semua
orang didalam aula diam, tak bersuara sedikitpun. Bahkan Ren yang berdiri di
antara Pak Rahmat dan Pak Ahmad pun menunduk takut. Fino berdiri disebelah Pak
Doni dan dirangkul dengan bangga oleh Pak Doni. Pak Doni menatap semua orang lalu
berbicara)
P. Dino : “Tanpa banyak basa basi lagi, saya sudah
menemukan siapa yang pantas mendapat beasiswa ini. Karena tak hanya nilai yang
penting, namun kepedulian sosial pun berarti. Selamat untuk Firendra Norendy,
kamu mendapat beasiswa di awal kuliah sampai kamu wisuda”
Alhamdulillah,
selesai.
Komentar
Posting Komentar