Script - Naskah cerita

SCRIPT – "Tak Terduga"

 

Pemeran :

1.        Fino > Tokoh utama.

2.        Marzi > Ayah Fino.

3.        Marry > Ibu Fino.

4.        Roni > Sahabat Fino.

5.        Suci > Teman sekelas Fino.

6.        Farhan > Teman sekelas Fino.

7.        Ren > Rival Fino.

8.        Pak Rahmat > Waka Kesiswaan.

9.        Pak Ahmad > Wali kelas Fino.

10.    Mbk Rini > Penjaga perpustakaan.

11.    Pak Doni > Rektor Universitas.

12.    Pak Yadi > Tetangga Fino.


 

NASKAH

 

1.      Scene I > INT >> Dalam perpustakaan, pagi 06.00, sepi; Fino & mbk Rini

(Fino berjalan mengelilingi setiap bilik buku, mencari buku yang ia inginkan. ia mendapatkan 3 buku lalu membawanya pada meja penjaga perpustakaan. Memberikan buku buku itu pada mbk Rini)

Mbk Rini : “Langganannya perpus udah ada disini aja, pagi pagi”

(Mbk Rini mengambil 3 buku itu, mencatatnya lalu memberi stempel pada kartu pinjaman sebelum kemudian diberikan kepada Fino)

Fino         : “Iya nih mbk, bulan depan ada olim soalnya”

Mbk Rini : “Semangat ya belajarnya”

(Mbk Rini memberi kepalan tangan, menyemangati, sedangkan Fino yang melihatnya tertawa kecil lalu memberikan sikap hormat)

Fino         : “Siap mbk! Kalo gitu Fino permisi ya mbk”

Mbk Rini : “Sip deh”

(Fino sedikit membungkuk pada Mbk Rini sebelum keluar dari perpustakaan)

 

2.      Scene II > EXT >> Dilorong, depan mading, sepi; Fino.

(Fino berjalan menuju mading saat dirinya tak sengaja mendapati sesuatu yang sangat menarik perhatiaannya. Tepat di posisi paling atas, dengan desain yang mencolok. Itu berisi pengumuman tentang terbukanya kesempatan daftar untuk mendapatkan beasiswa)

Fino         : “Ini program baru ya? kok selama ini nggak pernah denger”

(Fino kembali membaca pengumuman tersebut dengan teliti)

Fino         : “Daftarnya ke Pak Rahmat ya?”

(Fino melirik jam tangan miliknya lalu menatap kearah sekitar)

Fino         : “Kayaknya Pak Rahmat udah dateng deh”

(Fino memutar arah untuk pergi menuju kantor guru yang berada tak jauh dari arah perpustakaan)

 

3.      Scene III > INT >> Kantor guru, sepi ; Pak Ahmad & Fino.

(Fino mengetuk pintu 3 kali)

Fino         : “Assalamu’alaikum”

(Pak Ahmad yang awalnya fokus pada dokumen dihadapannya kemudian menatap Fino yang berjalan mendekat ke arahnya)

P.Ahmad : “Wa’alaikumsalam”

(Fino menyalimi Pak Ahmad)

Fino         : “Pak Rahmatnya sudah datang, pak?”

P.Ahmad : “Udah, baru aja dateng. Mau daftar ya?”

(Fino tersenyum)

Fino         : “Iya pak”

P.Ahmad : “Bapak yakin kamu bisa”

(Fino menatap haru pada Pak Ahmad. Beliau memanglah orang yang memiliki hati yan tulus)

Fino         : “Makasih pak. Kalau begitu saya permisi pak”

P.Ahmad : “Iya”

(Fino berjalan memalui Pak Ahmad dengan menundukkan badannya)


 

4.      Scene IV > INT >> Depan meja pak Rahmat; Pak Rahmat & Fino.

(Fino berjalan mendekat menuju meja Pak Rahmat dengan perlahan, lalu berdiri tak jauh dari sana)

Fino         : “Permisi pak”

(Pak Rahmat melirik Fino sekilas, lalu melepas kacamata yang ia pakai utnuk membaca dokumen dihadapannya. Terlihat beliau tampak menghela nafas pelan)

P.Rahmat: “Duduk sini”

(Fino mengangguk pelan. Ia menarik kursi dihadapannya lalu perlahan duduk)

Fino         : “Pak, saya mau-”

P.Rahmat: “Daftar kan? Bentar”

(Pak Rahmat bangkit dari duduknya, berjalan menuju lemari kecil di ujung ruangan lalu kembali pada tempatnya)

P.Rahmat: “Nama lengkap kamu?”

Fino         : “Firendra Norendy”

(Pak Rahmat menulis nama Fino pada sebuah file berkas. Setelah selesai, beliau menatap Fino tanpa ekspresi)

P.Rahmat: “Syarat pertama biar bisa daftar, nilai kamu selama ini harus di atas rata rata. Jadi perlu di periksa dulu. Udah, kamu boleh kembali”

(Fino mengulum bibirnya urung bertanya saat melihat Pak Rahmat kembali fokus pada dokumen yang ia kerjakan)

Fino         : “Saya permisi pak”

(Fino undur diri saat melihat tidak ada tanda tanda balasan dari Pak Rahmat)

 

5.      Scene V > INT >> Di kantor guru; Pak Ahmad & Fino.

(Fino melangkah perlahan menuju pintu keluar, ia berjalan membungkuk saat hendak melewati meja Pak Ahmad)

Fino         : “Pak Ahmad, saya permisi ya pak”

(Pak Ahmad menatap Fino lalu tersenyum ramah)

P.Ahmad : “Iya Fin, yang semangat ya belajarnya”

Fino         : “Iya pak, Assalamu’alaikum”

P.Ahmad : “Wa’alaikumsalam”

 

6.      Scene VI > EXT >> Dilorong, ada beberapa siswa

(Fino melangkah dengan langkah santai, sesekali membalas sapaan dari beberapa teman seangkatannya atau bahkan adik kelasnya)

 

7.      Scene VII > INT >> Didalam kelas Fino; Roni, Fino & Mawar.

(Didalam kelas, sudah ada Roni. Teman sebangku nya tengah duduk bersila di atas kursi dengan ponsel yang di miringkan. Ada juga Suci, gadis yang duduk tepat didepan bangkunya. Suci juga bermain ponsel. Fino melangkah menuju tempat duduknya melewati Suci. Suci sejenak berhenti bermain ponsel dan menoleh menatap Fino saat ia telah duduk)

Fino         : “Kenapa Ci?”

(Suci melirik 3 buku paket yang ada di atas meja Fino)

Suci          : “Mau ikut olim ya Fin?”

(Finoikut melirik buku buku itu lalu mengangguk pelan)

Fino         : “Bulan depan ada Olim Fisika”

(Suci mengangguki pelan, ia mengepalkan tangannya seakan memberi semangat)

Suci          : “Semangat Fin! Kami semua selalu dukung lo!”

(Fino tertawa kecil lalu mendudukkan dirinya sebelum membalas ucapan semangat oleh Suci)

Fino         : “Makasih semangatnya Ci”

Suci          : “Nggak masalah itu mah”

 

8.      Scene VIII > EXT >> Dikantin, ramai, 10.15; Roni & Fino.

(Fino dan Roni sedang menikmati makanan mereka. Fino memesan nasi goreng dengan minum es jeruk dan Roni memesan soto dengan minum es teh)

Roni         : “Eh Fin, gue denger si Ren juga bakal daftar beasiswa”

(Fino menghentikan kegiatannya makan. Ia mengambil  minumnya untuk diminum sebelum bertanya pada Roni)

Fio            : “Ren siapa?”

Roni         : “Ituloh, anak kesayangannya pak Rahmat. Yang pernah ikut olim nasional”

(Fino mengangguk mengerti kemudian kembali memakan makanannya sementara Roni menatapnya kaget)

Roni         : “Lo nggak khawatir Fin?”

(Fino menggeleng membalas pertanyaan Roni. Fino menyeruput sedikit es jeruknya lalu menjawab)

Fino         : “Nggak penting takut atau enggak, yang penting itu niat, usaha sama ikhtiar Ren. Kalo emang rezeki sayaya alhamdulillah, kalo nggak ya mungkin lain waktu”

(Roni menatap kagum pada Fino yang kembali menikmati makanannya, bahkan ia bertepuk tangan pelan)

Roni         : “Wah keren banget lo Fin! Nggak salah gue temenan sama lo”

 

9.      Scene IX > EXT >> Halte bus, sore  14.30, suasanan sepi; Fino & Ren.

(Fino duduk di kursi halte dengan tenang, sesekali ia melirik jam tangannya untuk memeriksa berapa lama lagi bus akan datang. Sampai sebuah motor berhenti didepannya dan sang pengendara membuka helm hitam miliknya)

Ren          : “Lo yang namanya Fino?”

(Fino yang ditanya seperti itu menatap Ren itu bingung, namun tetap mengangguk membenarkan)

Ren          : “Mending lo nyerah dari sekarang deh, gue gak level saingan sama lo”

(Fino menatap Ren itu semakin bingung dan juga sedikit kesal)

Fino         : “Kamu siapa kok nyuruh saya nyerah? Emang kamu yakin bakal berhasil?”

(Ren menatap remeh Fino yang terlihat kesal”

Ren          : “Pasti lah gue yang menang. Gue pernah ikut olimpiade nasional, asal lo tau”

(Fino mengernyit kesal melihat kepercayaan diri pemuda dihadapannya)

Fino         : “Ikut doang kan, nggak menang? Itu nyogok juga bisa. Misi, saya mau pulang”

(Bersamaan dengan ucapan Fino, Bus tumpangan Fino pun akhirnya datang. Mengabaikan Ren yang terkejut dengan ucapannya, ia bangkit untuk naikbus tersebut)

Ren          : “AWAS LO FIN! GUE TANDAIN LO!”

 

10.  Scene X > INT >> Rumah Fino, meja makan, malam 19.00; Marzi, Marry & Fino.

(Suasana dimeja makan hening. Hanya terdengar dentingan sendok bertemu piring. Setelah semua selesai makan, Marry bangkit untuk mengambil  piring sang suami dan sang anak untuk ia cuci. Marzi dan Fino bangkit dari duduknya lalu keduanya berjalan menuju ruang tengah untuk menonton televisi sembari bercerita. Marry yang telah selesai dengan urusannya pun ikut duduk di tengah tengah Fino dan Marzi.)

Fino         : “Yah, bu. Fino daftar beasiswa. Tapi belum tau bakal lolos atau nggak”

(Marry memeluk Fino erat saat melihat tatapan Fino berubah sendu. Marry juga mengusap pelan surai Fino, mencoba memberi kekuatan dan ketenangan. Marzi pun ikut mengusap pundak Fino pelan, seakan memberikan dukungan)

Marzi       : “Ayah yakin kamu pasti  lolos. Percaya sama ayah”

Marry      : “Bener apa kata ayah kamu. Nggak usah mikir yang aneh aneh ya sayang. Ayah sama Ibu bakalan selalu dukung kamu apapun yang terjadi”

(Fino memeluk kedua orang tuanya erat. Ia merasa sangat bersyukur memiliki mereka sebagai keluarganya)

Fino         : “Makasih Ayah, Ibu. Fino sayang banget sama Ayah, Ibu”

M&M      : “Kami juga sayang banget sama kamu nak”

 

11.  Scene  XI > INT >> Dilorong depan kelas Fino, istirahat ke dua 12.45; Roni & Fino.

(Sudah 3 bulan sejak diumumkannya Fino yang lolos dalam pemilihan beasiswa tersebut, bersama Ren tentunya. Dan selama itu pula Ren selalu mengganggu Fino. Tinggal 2 bulan lagi sebelum ujian kelulusan dan si masa masa ini dirinya sedang tekun tekunnya belajar)

(Jam istirahat kedua ini, Fino dan Roni memilih untuk keduanya habiskan didepan kelas. Duduk di bangku depan kelas sembari menonoton beberapa teman mereka yang sedang bermain basket)

Roni         : “Fin, minggu depan lo jadi ikut olim biologi?”

Fino         : “Iya, kata pak Ahmad bakalan nginep 2 hari”

Roni         : “Itu skala nasional kan yah?”

Fino         : “Iya. Sekalian buat nambah poin beasiswa katanya”

(Roni menoleh menghadap Fino berniat ingin memuji dan memberi semangat, amun urung saat wajah Fino tampak sedih)

Roni         : “Lo kenapa sedih? Seharusnya kan lo seneng?”

Fino         : “Sebenernya saya lagi bingung, belakangan ini ibu saya ngeluh sakit dan ayah juga kadang harus keluar kota. Saya takut kalo saya pergi ibu saya kenapa napa”

(Roni menatap Fino prihatin. Ia menepuk pundak Fino pelan, memberi semangat)

Roni         : “Gue nggak pandai ngasih saran ke orang, tapi gue saranin lu ikutin apa kata hati lu. Gue tau hati lu lebih tau jalan keluarnya”

 

12.  Scene XII > EXT >> Halte bus, pulang sekolah 14.30, sepi; Fino & Ren.

(Fino tengah menatap sekitar sampai sebuah motor yang sudah ia hafal betul itu berhenti didepannya dan sang pengendara melepas helm nya)

Ren          : “Guetau lo lagi bimbang karena nyokap lo lagi sakitkan? Udah gue bilang dari awal, nyerah aja udah. kan simpel?”

(Fino mengalihkan pandangannya dan tersenyum remeh lalu kembali menatap Ren dengan tatapan tajam)

Fino         : “Saya nggak peduli kamu tau info itu dari mana,dan mau sampe kapanpun bahkan sampe mulut kamu berbusa pun. saya nggak bakal nyerah atau bahkan takut sama kamu. Minggir, Saya mau pulang”

(Fino kembali meninggalkan Ren saat bus datang seperti beberapa bulan lalu)


 

13.  Scene XIII > INT >> Didalam rumah, 15.00; Marry & Fino.

(Fino melepaskan sepatunya lalu masuk kedalam rumah)

Fino         : “Assalamu’alaikum bu”

Marry      : “Wa’alaikumsalam”

(Marry datang menyambut Fino dengan senyum lebarnya masih dengan apron yang melekat pada badannya. Fino menyalimi sang Ibu lalu mengajak beliau untuk kembali masukke ruang tamu)

Marry      : “Kamu  habis ini langsung mandi ya, terus kita makan”

Fino         : “Iya bu”

(Marry hendak kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya)

Fino         : “Bu”

(Marry berbalik menatap Fino yang tiba tiba tampak murung. Ia pun mendekati Fino dan memeluk tubuh tinggi Fino dengan erat dan sesekali mengusap punggung Fino)

Marry      : “Kamu kenapa nak? Ada masalah?”

Fino         : “Bu, Fino harus dapet beasiswa itu atau nggak?”

Marry      : “Loh, itukan keputusan kamu nak. Kamu ikutin keinginan kamu, jangan sampe sia – siain perjuangan kamu. Ibu sama Ayah bakal selalu dukung jalan yang kamu pilih”

(Fino melepas pelukan itu lalu melatap Marry bimbang)

Fino         : “Gitu ya bu?”

(Marry tersenyum, ia menangkup pipi Fino lalu memainkannya. sesekali menekannya pelan)

Marry      : “Iya anak gantengnya ibu. Semangat ya merjuangin masa depannya”

(Fino tersenyum haru lalu kembali memeluk Marry)

Fino         : “Iya bu! Makasih ya”

 

14.  Scene XIV > INT >> Di rumah Fino, pagi  09.00; Roni, Pak Yadi, Marry & Fino.

(Fino tengah duduk di sofa depan televisi sembari menunggu jam 10.00 nanti untuk dirinya berangkat menuju sekolah karena hari ini adalah hari dimana dirinya akan berangkat untuk mengikuti olimpiade biologi. Saat sedang fokus membaca soal latihan olimpiade, ponselnya berbunyi. Dan yang menelpon adalah Roni. Fino pun mengangkat panggilan itu)

Fino         : “Ada apa Ron?”

Roni         : “Lo berangkat jam berapa Fin?”

Fino         : “Kemarin disuruh ke sekolah jam 10.00 Ron, kenapa?”

Roni         : “Oh yaudah, Lo kalo berangkat kabarin gue ya”

Fino         : “Loh, ngapain?”

Roni         : “Ntar gue anter”

Fino         : “Wah, makasih Ron.Tumben banget kamu baik  gini”

Roni         : “Nggak usah ngeledek deh lo”

Fino         : (Fino tertawa kecil) “Iya iya, saya becanda”

Roni         : “Yaudah gue tutup ya”

(Belum sempat Fino membalas, terdengar suara sesuatu pecah dan disusul suara sesuatu yang besar jatuh. Fino berlari menuju dapur dan dapat dilihatnya sang ibu tak sadarkan diri. Ia langsung menghampiri tubuh Marry, menggendongnya dan membawanya keluar rumah. Ia memanggil tetangganya, Pak Yadi yang kebetulan hendak keluar)

Fino         : “Pak Yadi, tolong anterinFino ke rumah sakit pak”

P. Yadi    : “Innalillahi, ibu kamu kenapa Fin?”

Fino         : “Fino juga nggak tau pak, tadi tiba tiba Fino denger ibu jatuh dan udah pingsan”

P. Yadi    : “Yaudah sini buruan masuk mobil, keburu kenapa kenapa”

(Fino pun memasukkan Marry kedalam mobil Pak Yadi hati hati dibantu pleh Pak Yadi, lalu dirinya masuk lewat sebelah)

Fino         : “Makasih pak”

P. Yadi    : “Iya udah, cepet kamu pake seatbelt nya. Bapak mau sedikit ngebut”

 

15.  Scene XV > INT >> Kantor guru, tegang, pagi 06.15; Pak Rahmat, Pak Ahmad, Ren & Fino.

(Fino tengah menunduk takut saat Pak Rahmat di depannya tengah menatap dirinya marah. Hari rabu kemarin dirinya tidak mengikuti olimiade itu tanpa kabar, dan karena itu pula Pak Rahmat saat ini memarahinya. Ren yang berdiri disebelah pak Rahmat hanya menatap remeh Fino)

P.Rahmat: “Kamu ini sudah dikasih tanggung jawab kok malah seenaknya gitu sih Fin?! Kan saya sudah bilang kalo ini juga buat tambah poin kamu!”

(Pak Ahmad yang berdiri dibelakang Pak Rahmat pun berjalan mendekat, menepuk pundak Pak Rahmat pelan)

P.Ahmad : “Sudah pak, lagi pula kejadian seperti kemarin itu bukan kehendak kita. Kita juga tak mengharapkan kejadian seperti itu”

(Pak Rahmat menatap Pak Ahmad dengan pandangan tak setuju, dan Pak Ahmad yang ditatap seperti itu hanya tersenyum. Ren menatap Pak Ahmad tak suka. Pak Rahmat kemudian menghela nafas pelan lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Fino yang masih tetap menunduk)

P.Rahmat: “Baiklah, apa yang dikatakan Pak Ahmad benar. Tapi tetap, kamu mulai skearang harus jaga sikap kamu. Jangan sampe kamu ngelakuin hal fatal lagi”

(Fino mengangguk pelan)

Fino         : “Iya pak”

P.Rahmat: “Yaudah kamu kembali ke kelas”

Fino         : “Iya pak, permisi”

(Fino melangkah mundur sembari membungkuk, lalu berjalan menjauh)

 

16.  Scene XVI > INT >> Didalam kelas Fino, jam pelajaran (Jam kosong); Siswa, Roni & Fino.

(Fino melipat kedua tangannya di atas meja lalu menumpu wajahnya pada lipatan tangannya. Roni yang duduk disebelah Fino menatap nya dengan pandangan prihatin)

Roni         : “Semangat Fin! Gue tau lo bisa ngelewatin semuanya”

(Fino menoleh menatap Roni lalu memberikan senyum tipis)

Fino         : “Makasih Ron”

 

17.  Scene XVII > EXT >> Jalan menuju halte, minggu siang 07.30; Fino.

(Fino berlari menuju halte bus. Hari ini ia di suruh Pak Rahmat ke sekolah jam 08.00 karena rektor dari universitas yang memberikan beasiswa akan datang. Beliau akan memilih satu di antara dirinya dan juga Ren. Ia tengah terburu buru mengejar waktu, pasalnya ia baru mendapat informasi itu 10 menit yang lalu)

Fino         : “Semoga bus nya belum berangkat”

(Fino semakin mempercepat larinya, dan saat sudah dekat. Bus itu telah melaju meninggalkan Fino yang baru saja menginjakkan kaki nya di halte. Fino menatap kepergian bus yang telah jauh itu. Sejenak ia menstabilkan nafasnya lalu kembali berlari dan sesekali melirik arah jalan raya barang kali ada angkutan umum atau bus lain)

 

18.  Scene XVIII > EXT >> Dipinggir jalan, siang 07.45; Ren, Fino dan Pak Doni.

(Fino berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Jarak sekolahnya cukup jauh meski ia telah melewati jalan pintas yang cukup dekat. Sampai sebuah motor berhenti disebelahnya. Itu Ren. Ia membuka kaca helm nya lalu menatap remeh Fino juga menatap Ren dengan nafas tersenggal)

Ren          : “Liat aja, gue yang bakal dapet beasiswa itu”

(Fino tak membalas ucapan Ren. Ia masih mencoba menstabilkan nafasnya. Saat Ren menyalakan motornya, seorang pria bersetelan rapi –Pak Doni– mendekati Fino dan Ren yang masih belum berangkat. Menatap Pak Doni bingung)

P. Doni    : “Dek, bisa tolong anterin saya ke bengkel deket sini nggak? Saya nggak tau daerah sini”

(Tak peduli dengan Pak Doni, Ren meninggalkan  Fino dan Pak Doni)

Fino         : “Aduh maaf ya pak, itu tadi temen saya buru buru. Mari pak, saya antar ke bengkelnya. Nggak jauh dari sini kok pak”

P. Doni    : “Waduh, makasih banyak loh dek. Kalau begitu ayo ke mobil saya”

(Fino mengangguk. Ia berjalan mengikuti Pak Doni. Tidak terlalu jauh jarak mobil Pak Doni dengan tempat Fino berdiri tadi. Saat ini keduanya telah berdiri disebelah mobil putih milik Pak Doni itu)

Fino         : “Ini mogok pak?”

P. Doni    : “Oh enggak kok, ini ban nya bocor. Ayo dek, masuk”

Fino         : “Iya pak”

 

19.  Scene XIX > INT >> Didalam mobil Pak Doni; Fino & Pak Doni.

(Fino duduk disamping Pak Doni yang menyetir. Sepanjang perjalanan Fino menatap jalan didepan dengan gelisah. Sesekali pun ia melirik jam tangannya. Ia tau ia akan sangat telat dan berkemungkinan ia gagal mendapat beasiswa itu, namun ia akan menerima apapun keputusan. Lagi pula tak ada penyesalan selama ia melakukan hal baik. Salah satu nya menolong bapak ini)

P. Doni    : “Kamu mau kemana dek? Kok minggu minggu gini pake seragam”

(Fino menoleh)

Fino         : “Hari ini itu ada acara di sekolah pak, mangkanya saya di suruh kesekolah”

(Pak Doni mengangguk paham)

P. Doni    : “Nama kamu Fino?”

(Fino langsung menoleh menatap terkejut Pak Doni)

Fino         : “Kok bapak bisa tau??”

(Pak Doni tertawa kecil)

P. Doni    : “Saya baca di nametag kamu, jangan mikir yang aneh aneh”

Fino         : “Oh iya, maaf pak”

(Fino tertawa kecil menertawakan pikirannya)

P. Doni    : “Nah, udah sampe”

(Fino menatap sekitar, lalu mengernyit saat yang ia dapati adalah mobil Pak Doni telah terparkir di parkiran sekolahnya)

Fino         : “Loh pak, kok ini berhenti di sekolah saya?”

(Pak Doni menatap Fino dengan senyum bangga)

P. Doni    : “Salam kenal Fino. Saya Pak Doni, calon rektor kamu”

 

20.  Scene XX >INT >>Di dalam aula, tegang; 5 guru, Pak Rahmat, Pak Ahmad, Ren, Fino & Pak Doni.

(Semua orang didalam aula diam, tak bersuara sedikitpun. Bahkan Ren yang berdiri di antara Pak Rahmat dan Pak Ahmad pun menunduk takut. Fino berdiri disebelah Pak Doni dan dirangkul dengan bangga oleh Pak Doni. Pak Doni menatap semua orang lalu berbicara)

P. Dino    : “Tanpa banyak basa basi lagi, saya sudah menemukan siapa yang pantas mendapat beasiswa ini. Karena tak hanya nilai yang penting, namun kepedulian sosial pun berarti. Selamat untuk Firendra Norendy, kamu mendapat beasiswa di awal kuliah sampai kamu wisuda”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Alhamdulillah, selesai.


Komentar

Postingan Populer