Best friend - by me:')

Enjoyed this story~


Selamat membaca 💕 



Pagi ini tampak di sebuah universitas sudah ramai dipenuhi oleh mahasiswa yang berlalu lalang.

Seunghwa. Salah satu mahasiswi yang terkenal pintar dan cantik, bahkan menjadi primadona di universitasnya. Tapi hal tersebut tak membuatnya lepas dari masalah dan beruntung dia mempunyai seorang sahabat, yaitu Yeonji yang selalu berada disisi nya. 

Tapi, ada sesuatu yang berubah.
Seunghwa beranjak dari duduknya dengan membawa segelas jus jeruk ditangannya. Berjalan mendekati seorang gadis yang tengah berbincang dengan orang lain.

Yeonji. Gadis yang tengah berbincang itu pun menoleh dan mendapati sahabatnya tengah berjalan ke arahnya dengan membawa segelas jus jeruk. Dia pun menyapa nya dengan melambaikan tangannya dan tersenyum manis memanggil Seunghwa.

"Seunghwa!!" sapa Yeonji

'Byuurr!'

Tanpa diduga, Seunghwa menyiramkan jus jeruk itu tepat di wajah Yeonji.

'Waahhhh!!' teriak seluruh mahasiswa yang berada di kantin saat melihat Seunghwa menyiram Yeonji.

Yeonji menatap Seunghwa terkejut dan kemudian menatap bajunya yang telah basah terkena jus tersebut.

Setelah melakukan hal itu, Seunghwa pun pergi meninggalkan Yeonji yang menatap bingung. Setetes air mata jatuh dari mta Yeonji.

Yeonji memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya karena dirinya sebentar lagi ada jam mata perkuliahan.


'Cklek'

Suara pintu dikunci membuat Yeonji terkejut. Yeonji berniat untuk keluar dan ternyata pintu kamar mandi dikunci dari luar.


'Brak! Brak! Brak!'

"Apa ada orang diluar?!" teriak Yeonji sambil terus memukul pintu kamar mandi.

"Halo?! Tolong aku!" teriak Yeonji sekali lagi, tapi tetap tidak ada yang menyahuti nya.

Yeonji pun mengeluarkan Handphone nya untuk mengirim pesan kepada seseorang.
Seunghwa

Seunghwa! Bisakah kau
Pergi ke kamar mandi
Sekarang?
09.45

Yeonji menunggu balasan dari Seunghwa.

20 menit berlalu dan tidak ada balasan dari Seunghwa, bahkan Seunghwa tidak membaca pesannya.

Yeonji pun memutuskan untuk memngirim pesan kepada sepupu nya.

Yohan

Yohan! Bisakah kau pergi
Ke kamar mandi wanita
Sekarang?
10.06

Apa kau ingin aku dikeroyok
oleh para wanita gila itu
hahh?!
10.06

Ayolah Yohan! Aku terkunci di
Kamar mandi, dan tidak
ada orang disini!
10.07

Bagaimana bisa kau terkunci?!
Kau ini sangat
Ceroboh!
10.07

Yohan! Kumohon?!
10.07

Baiklah! Tunggu aku
10.07

Setelah membaca balasan dari Yohan, dia pun hanya menunggu sampai Yohan datang.

'Cklek'

Suara pintu dibuka, dan terlihat seorang pria tampan nan gagah tengah berdiri dan mengintip.

"Wah! Akhirnya kau datang juga!" seru Yeonji saat melihat Yohan telah datang dan menolongnya.

"Aish! Kau harus lebih berhati-hati lagi Yeonji, kau harus selalu menjaga kesehatanmu!" ingat Yohan dan menatap Yeonji serius.

"Aih! Baiklah baiklah! Lain kali aku akan lebih berhati-hati! Ayo kita pergi!" ujar Yeonji dan berjalan keluar dengan di ikuti Yohan disebelahnya. Mereka tak menyadari, ada sepasang mata yang menatap mereka tajam.


3 bulan kemudian


Hubungan persahabatan Yeonji dengan Seunghwa semakin merenggang dan mungkin mereka sudah tidak saling bersahabat lagi.

Sedangkan Yeonji sekarang lebih sering pergi bersama Yohan sepupunya.

Seperti saat ini, Yeonji dan Yohan tengah menikmati makanan mereka hingga Seunghwa datang dan menarik piring milik Yeonji dan membuang makanan yang tersisa itu tepat diwajah Yeonji.

Dibelakang Seunghwa terdapat teman temannya yang menertawakan Yeonji. Perilaku Seunghwa beberapa bulan ini semakin menjadi, dan Yeonji masih tidak tahu apa alasan sahabatnya,- ah tidak. Sepertinya Seunghwa sudah tidak menganggapnya sebagai seorang sahabat lagi bukan?

Yohan hendak berdiri memberi pelajaran kepada perlakuan Seunghwa yang sudah melampaui batas itu, namun dicegah oleh Yeonji dan dia menarik Yohan menjauhi kerumunan itu.

"Yeonji" panggil Yohan yang dibalas deheman singkat.

"Kenapa kau tidak membela diri saat dipermalukan seperti tadi?" tanya Yeonji dan terus mengikuti langkah gadis itu.

"Dan melawan sahabatku sendiri?" ujar Yeonji

"Apa kau masih dianggap sebagai seorang sahabat?" ledek Yohan membuat Yeonji terdiam.

"Aku tahu ini rencanamu bukan?"

"Maksudmu?" tanya Yeonji dan melangkah memasuki kamar mandi. Berdiri didepan wastafel dan membasuh wajahnya.

"Kau berencana menjauhi Seunghwa karena penyakitmu bukan?"

Deg

Yeonji membeku ditempatnya saat mendengar bahwa Yohan mengetahui rencana nya dan juga penyakitnya.

"Kau tau jika Seunghwa menyukaiku, kau memanfaatkan hal itu untuk membuat Seunghwa berpikir bahwa kau mencoba merebutku darinya dan kemudian menjauhimu bahkan membencimu. Kau berharap agar Seunghwa tidak pernah mengingatmu lagi dan tak terlalu berlarut saat kau pergi atau bahkan bahagia" ujar Yohan menyebutkan rencana yang memang benar.

"Benarkan? Aku sudah menduga hal itu" ujar Yohan saat menyadaru Yeonji terdiam ditempatnya.

"Sejak kapan kau mengetahui rencanaku?" tanya Yeonji masih menatap pantulan dirinya dicermin didepannya tanpa mau menatap lawan bicaranya.

"Sejak kau mulai mendekatiku saat berada di kampus. Kau bahkan dulu tidak pernah menyapaku dan kemudian tiba tiba mendekatiku itu merupakan sesuatu yang janggal untukku" jelas Yohan

"lalu, bagaimana dengan-"

"Aku mengetahui penyakitmu saat kau lupa membawa sebuah bingkisan yang tertinggal dikelasku. Aku melihat ada beberapa obat yang aku tak mengerti dan memutuskan untuk menanyakan itu kepada kakakku" ujar Yohan

"Jangan katakan hal ini pada siapapun" mohon Yeonji dengan kepala menunduk.

"Bagaimana dengan keluargamu?" tanya Yohan.

"Jangan beritahu mereka!" pinta Yeonji.

"Kenapa? Dalam situasi seperti ini, yang paling kau butuhkan adalah penyemangat dari orang terdekatmu!" seru Yohan dan memegang bahu Yeonji yang bergetar karena menahan tangisnya.

"A-aku... Tak ingin membuat... Hiks-.... M-mereka khawatir. K-kumohon..... Hiks-..... J-jangan beritahu..... M-mereka!" pinta Yeonji dan masih terus menangis.

"Ah baiklah! Aku tidak akan memberitahukan hal ini pada siapapun. Berhentilah menangis! Kau jadi semakin jelek!" ledek Yohan dan mendapat tatapan tajam dari Yeonji.

"Dasar kau sepupu tak berguna!" maki Yeonji dan kemudian beralih membersihkan air matanya dan juga memakai sebuah topi agar tidak terlihat jika dirinya baru saja menangis.

Berjalan keluar dari kamar mandi diikuti oleh Yohan dibelakangnya. Tak menyadari ada seseorang yang menangis di salah satu bilik toilet, dia juga merekam seluruh percakapan antara Yohan dan Yeonji. Dia juga merasa bersalah kepada Yeonji karena telah ikut membully nya. Dia berniat akan memberikan rekaman itu kepada Seunghwa.



©©©©©©©©©©©©©©



Seunghwa menangis bahkan meraung raung saat dia dikirimi oleh temannya sebuah rekaman saat sampai dirumahnya.

Menyesal? Itulah yang dirasakan pertama kali saat mengetahui kebenaran. Dia bahkan merasa dirinya tak pantas memiliki seorang sahabat, ah- mantan sahabat yang sangat sempurna seperti Yeonji.

Sungguh, dia merasa bahwa dirinya adalah manusia paling brengsek didunia ini karena telah menyakiti orang yang selalu ada disampingnya.

'Aku harus menemuinya!' pikir Seunghwa dan langsung pergi ke rumah Yeonji yang lumayan jauh jaraknya dari rumah.



®®®®®®®®®®®®®®



Seunghwa saat ini hendak pergi ke rumah Yohan. Karena saat kerumah Yeonji, kepala pelayan dirumah tersebut mengatakan bahwa 'nona muda' nya sedang pergi bersama sepupunya, yaitu Yohan.

Saat sampai dirumah Yohan, dia dapat melihat Yeonji tengah tertawa melihat seekor kucing yang tengah berguling guling dihadapannya.

'Bagaimana bisa wajah ceria itu menyembunyikan rasa sakit yang mendalam?' pikir Seunghwa sebelum menghampiri Yeonji.

Yeonji sangat terkejut saat melihat Seunghwa berdiri didepan pagar rumah Yohan. Yeonji pun  menghampiri Seunghwa dengan tatapan datar.

"Ada apa? Kau ingin membully ku apa lagi kali ini?" tanya Yeonji masih dengan tatapan dinginnya.

"Maafkan aku" ujar Seunghwa sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa kau-"

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Seunghwa.

"Memberitahumu tentang apa?" tanya Yeonji bingung.

"Penyakitmu!" ujar Seunghwa membuat Yeonji terdiam.

"Maafkan aku! Sungguh maafkan aku! Kenapa kau tak menceritakan hal itu padaku, apa kau tidak mempercayaiku sebagai sahabatmu. Sungguh, aku merasa tidak berguna sebagai sahabatmu. Aku minta maaf Yeonji!" ujar Seunghwa sambil menunduk dan memegang kedua tangan Yeonji.

Saat tak mendapat respon, Seunghwa memutuskan untuk menatap Yeonji dan tanpa diduga Yeonji pingsan dan beruntung Seunghwa langsung menangkapnya.

Yohan yang baru saja keluar dari rumahnya dan melihat Yeonji pingsan dan ditahan oleh Seunghwa pun langsung beelari menghampiri mereka.

"Apa yang kau lakukan padanya!!" teriak Yohan saat sampai dihadapan Seunghwa.

"Jangan banyak bertanya dan bantu aku!" balas Seunghwa yang masih menangis.



@@@@@@@@@@@@@



Setengah jam sudah mereka menunggu dokter keluar dari ruang perawatan. Yohan juga sudah mengabari keluarga Yeonji. Sebentar lagi mereka pasti akan datang.

Tepat saat dokter keluar dari ruangan, keluarga Yeonji telah sampai dan langsung menghampiri Yohan.

"Yohan! Apa yang terjadi dengan Yeonji?" tanya Ibunda Yeonji yang terpancar raut kekhawatiran diwajahnya.

"Dokter! Apa yang terjadi pada putri kami?" tanya Ayah Yeonji kepada sang dokter.

"Putri anda mengalami kanker stadium akhir" ujar sang dokter.

"APA?!!" teriak Orang tua Yeonji yang terkejut akan keadaan putrinya, sedangkan Yohan dan Seunghwa hanya menunduk tak menyangka.

"Kanker pada otak pasien merupakan kanker ganas. Melihat keadaan fisik pasien, tidak memungkinkan untuk kami melakukan operasi untuk mengangkat kanker itu. Namun jika tidak di angkat, kanker tersebut akan terus menggerogoti tubuhnya. Maka, kami meminta izin kepada kalian selaku keluarga dari pasien" ujar sang dokter menjelaskan.

"Berapa persen kemungkinan operasi itu berhasil dokter?" tanya Yohan hati hati.

"Kurang lebih 2-5% untuk keberhasilan operasi ini" ujar sang dokter.


Bruk!


Ibunda Yeonji pingsan dan langsung diangkat oleh Ayah Yeonji menuju tempat duduk, sedangkan Seunghwa terduduk dilantai. Kakinya tiba-tiba terasa lemas.

"Lakukanlah operasi tersebut dokter!" ujar ayah Yeonji menatap kosong ruangan tempat putrinya sekarang berbaring lemah.

"Tapi paman?! Bagaimana jika-"

"Kita harus percaya. Kalau pun dibiarkan, Yeonji akan semakin menderita" ujar Ayah yeonji, dan Yohan pun pasrah dengan keputusan Ayah Yeonji.

"Baiklah! Operasi pengangkatan kanker akan kami lakukan lusa, jam 07.00 pagi. Sekarang kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU untuk perawatan yang Intensif" ujar sang dokter dan kemudian berjalan masuk kedalam ruangan tersebut. Beberapa menit setelahnya, ranjang tempat Yeonji berbaring dibawa keluar dan tampak beberapa alat menempel seakan tanpa alat itu, nyawa nya akan hilang.



Keesokan harinya.

08.30


Operasi sudah berjalan sejak 1 setengah jam  namun dokter masih belum keluar dari ruang operasi. Semua orang tidak ada yang bisa tenang, mereka menunggu hasil dari operasi ini dan tiada henti untuk terus memanjatkan do'a.



'Cklek'


Suara pintu terbuka membuat semuanya mengalihkan pandangan kepada dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi tersebut dengan wajah yang cerah.

"Operasi berhasil! Pasien sudah mulai membaik dan kalian di izinkan untuk menjenguknya" ujar dokter tersebut dan disambut ucapan terimakasih dari semua orang.

"Terimakasih dokter! Kami akan selalu mengingat jasa dan kerja keras mu!" ujar Ibunda Yeonji.

"Itu merupakan tugas kami sebagai seorang dokter. Baiklah, saya permisi!" ujar sang dokter dan kemudian berlalu meninggalkan keluarga Yeonji.
Mereka memasuki ruang rawat Yeonji.

"Yeonji!" panggil Ibunda Yeonji. Yeonji yang merasa dipanggil pun menghadap arah suara.

"Eoh?! Ibu? Ayah? Yohan dan Seunghwa juga ada disini?" ujar Yeonji heran.

"Aish! Kau ini! Kau sudah membuat kami khawatir setengah mati kau tahu!" omer Yohan saat melihat Yeonji tertawa dengan bebasnya.

"Ahahaha!... Maafkan aku yah, sudah membuat kalian khawatir" ujar Yeonji dan kemudian menatap langit langit ruangannya yang didominasi dengan warna putih itu.

"Yeonji" panggil Seunghwa sembari berjalan mendekat ke arah Yeonji.

"Bisa tinggalkan kami sebentar?" tanya Yeonji dan diangguki oleh ketiganya, setelah itu mereka keluar dari ruangan terebut.

"Yeonji maafkan aku" lirih Seunghwa dan masih menunduk.

"Ahahaha.... Tak perlu dipikirkan. Aku sudah memaafkanmu meski kau tak melakukan kesalahan" ujar Yeonji dengan senyuman yang menenangkan.

"Ah- Yeonji! Mengapa kau sangat baik?" gumam Seunghwa lirih yang masih bisa didengar oleh Yeonji.

"Seunghwa! Bisa kau temani aku istirahat sebentar saja. Aku tiba tiba merasa mengantuk. Bangunkan aku setengah jam lagi" ujar Yeonji dan menatap Seunghwa.

"Ah baiklah. Kau memang butuh istirahat" ujar Seunghwa paham.
Selang beberapa lama, Yeonji pun terlelap.


30 menit kemudian


"Yeonji! Bangun, kau bilang kau ingin aku bangunkan setelah setengah jam?" ujar Seunghwa dan sedikit menggoyangkan tubuh Yeonji.

Tak ada pergerakan.

Seunghwa curiga. Pikirannya melayang ke segala arah, dia pun mencoba memeriksa nadi yeonji.

Tak ada denyutan.

Sebulir air mata turun lancar dipipi seunghwa. Belum berhenti, Seunghwa mendekatkan telinganya tepat didada kiri Yeonji.

Tak ada detakan.

Seunghwa berlari keluar mencari dokter. Saat berada diluar, semua orang terkejut meihat Seunghwa menangis dan berteriak memanggil dokter.


15 menit


Dokter keluar dari ruangan tempat Yeonji dirawat.
Semua orang cemas saat menatap raut wajah sang dokter yang terlihat sedih.
"Maaf" satu kata yang dapat membuat suasana menjadi penuh dengan tangis.





5 Tahun kemudian


"Yeonji! Maafkan aku karena tak bisa menebus keselahanku! Semoga kau tak membenciku disana. Aku harap kau lebih bahagia disana" ucap seorang wanita yang tengah berjongkok disebelah sebuah makam. Bulir air mata mulai membasahi wanita itu. Sampai seorang pria datang dan memeluknya.

"Seunghwa sayang! Kau jangan terus bersedih, ini semua bukan salahmu. Ini memang kehendak yang di atas" ujar lelaki tersebut kepada wanita bernama Seunghwa itu.

"Tapi aku merasa sangat bersalah yohan! Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri" ujar Seunghwa kepada suaminya- Yohan.

"Sstt.... Jangan berkata seperti itu. Yeonji pasti tidak suka jika kau menyalahkan dirimu sendiri. Lebih baik kita pulang, Yeonji kecil pasti sudah menunggu kita" ajak Yohan

"Yeonji! Aku akan pulang, andai kau masih hidup. Kau pasti bisa melihat ponakan kecilmu. Sampai bertemu nanti" ujar Seunghwa yang kemudian pergi dari pemakaman dan pulang kerumahnya bersama suaminya Yohan.



-Tamat-

Komentar

Postingan Populer